Sunday, April 18, 2010

”Mengasihi Yesus”

”Mengasihi Yesus”

Sumber Utama: http://seventy241.blogspot.com/2008/04/yohanes-2115-19.html

Apakah anda mampu mengasihi seseorang yang meninggalkan anda sendiri dan mengkhianati anda? Lalu pernahkan anda bertanya pada diri sendiri, seberapa besarkah kasih saya seharusnya kepada Yesus? Seberapa besarkah kasih saya kepada Kristus yang mewujud dalam tindakan saya sehari-hari kepada orang lain?Jika saya gagal mengasihi-Nya akan berkurangkah kasih Kristus kepada diri saya?
Pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan ini merupakan bagian dari teks ini yang kita BGA-kan, yang terambil dari Injil Yohanes 21:15-19. Bagian tersebut merupakan Epilog atau penutup kitab Yohane yang dimulai dari ayat 1 sampai-25. Ke-25 ayat ini bisa dibagi menjadi 3 bagian, yakni:

Ay. 1-14 : Bagian ini menceritakan tentang penampakkan Yesus yang ketiga di danau Tiberias.
Ay. 15-19 : Tentang Yesus yang mengajukan pertanyaan tentang kasih Petrus terhadapNya.
Ay. 20-25 : Berisikan konsekwensi mengikut Yesus dan pernyataan Yohanes sebagai. Kesaksian atas kebenaran keseluruhan tulisannya.

Apa saja yang kita baca?
Kita membaca tentang percakapan dua tokoh yaitu Tuhan Yesus dan Petrus. Percakapan ini terjadi sesaat setelah Yesus dan murid2Nya sarapan (ay. 15). Percakapan ini dilakukan tidak jauh dari murid2Nya yang lain yang masih menyelesaikan sarapan mereka. Ini tersirat dari ayat 20, yaituKetika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka. Pada ayat 15-19 menggambarkan kepada kita bagaimana Yesus menginginkan Petrus sungguh-sungguh mengasihiNya. Ini terlihat dari pertanyaan yang sama diulang-ulang sebanyak tiga kali, yaitu pada ayat 15, 16, 17.

Apa pesan yang allah sampaikan kepada kita?
Ada tiga pelajaran yang dapat kita pelajari dari pertanyaan-pertanyaan Yesus:
1. Kita belajar tentang mengutamakan kasih kita kepada Kristus dan kebenaranNya. Yesus berkata kepada Simon Petrus, “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?“
Pertanyaan yang diajukan Yesus ini bertujuan “membandingkan“ kasih Petrus kepada-Nya dibandingkan dengan murid-murid yang lain. Pertanyaan Yesus ini sangat berkaitan erat dengan peristiwa sebelum penyaliban Kristus, yaitu pada masa peradilan atas Kristus. Kita melihat orang banyak termasuk tokoh-tokoh yang memiliki jabatan seperti Pilatus, imam-imam pada waktu itu bersama-sama ingin menyalibkan Kristus. Alasan mereka mungkin berbeda- beda namun tujuan mereka jelas ingin meniadakan Yesus. Peristiwa itu memuncak ketika Pilatus menghadapkan Barabas bersama Yesus dan orang banyak memilih Barabas dibebaskan sedangkan Yesus disalib.
Pertanyaan Yesus kepada Petrus mengingatkan kita sehubungan dengan tindakan banyak orang yang lebih memilih kejahatan dari pada kebenaran, lebih mengasihi orang disekitar kita daripada Yesus. Suara orang banyak atas alasan agama, politik, peer pressure/tekanan teman sebaya atau orang terdekat, uang, dosa bisa lebih mempengaruhi kita daripada Yesus dan kebenaranNya.
2. Kita belajar tentang kasih Kristus itu bersifat personal atau pribadi. Hal ini dapat terlihat dalam pertanyaan Yesus yang tidak lagi membandingkan kasih Petrus kepada-Nya dengan murid-murid yang lain. Sifat personal dari kasih murid-murid Yesus juga Petrus tidak lepas dari sesuatu yang dapat menguasai hati mereka. Ketika Yesus berjalan diatas air, murid-muridnya menanggapi-Nya dengan perasaan takut (Markus 6:50 dan Yohanes 6:20). Petrus yang mencoba untuk berjalan diatas air sama seperti Yesus gagal karena ia kurang percaya (Matius 14:31). Apa yang membuat Petrus menyangkal Yesus kalau bukan ketakutan. Ada banyak perasaan-perasaan atau hal yang bersifat pribadi dapat membatasi kasih kita kepada Yesus. Yesus mengingatkan bahwa kita perlu mengasihi Dia dan mengenalNya secara pribadi daripada dikuasai oleh pe-rasaan-perasaan dan masalah-masalah kita secara pribadi.
3. Kita belajar tentang besarnya kasih Kristus tidaklah bergantung pada kasih kita kepadaNya. Menyimak pertanyaan Yesus yang ketiga memiliki perbedaan dengan kedua pertanyaan sebelumnya. “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?“ Kata “kasih” sebelumnya dua kali menggunakan “agape” (kasih Allah) sedangkan pada pertanyaan ketiga Yesus mengganti kata tersebut dengan “phileo”. Paraphrase dari pertanyaan Yesus mungkin menjadi demikian: Petrus, anak Yohanes, apakah engkau mengasihiku sebagai seorang teman? Pertanyaan ini mengarahkan kita kepada gaya bahasa yang mencerminkan adanya ironi tentang hubungan Petrus dengan Yesus sebagai teman atau seorang sahabat. Yesus tidak saja mengenal Petrus secara pribadi, namun juga keluarganya karena itu Ia menyembuhkan ibu mertuanya; Kemudian kita mengetahui bahwa selama tiga (3) tahun persahabatan itu dibangun; Yesus juga memilih Petrus dan dua orang murid lainya (Yakobus dan Yohanes) untuk secara khusus melihat Dia dipermuliakan di atas gunung juga Petrus menyaksikan Yesus membangkitan orang mati. Namun Petrus menyangkali Yesus tidak hanya sekali, namun tiga kali. Ini menggambar- kan kegagalan Petrus untuk mengasihi Yesus bahkan sebagai seorang teman atau sahabat. Karena itu kita melihat respon Petrus yang dicatat pada ayat 17 “….Maka sedih hati Petrus…” Jadi disini Yesus ingin mengingatkan kita bahwa keterbatasan kita mengasihiNya tidak menjadi keterbatasan kasiNya kepada kita. Karena itu semakin besar kegagalan kita untuk mengasihi-Nya seharusnya membawa kita kepada pertobatan dan kemampuan untuk mengasihiNya lebih baik lagi.

Peringatan
1. Kedekatan kita secara perasaan dan pikiran kepada Yesus bukanlah dasar dari iman dan kasih kita kepadaNya. Mungkin kita akan berkata sama seperti Petrus bahwa “kita akan memberikan nyawa kita bagiNya“ (Yohanes 13:37). Namun kegagalan demi kegagalan membuat kita undur dari Tuhan dan melupakan kasih dan pengorbananNya bagi kita. Jadi pastikan bahwa ketika kita mengasihi Dia hanya karena Ia terlebih dahulu mengasihi kita...“sebab kasih itu berasal dari Allah“ (I Yohanes 4:8).
2. Kasih yang benar itu disertai rasa tanggungjawab. Tanggungjawab disini ialah sebagai pemelihara (peliharalah) dan pemimpin (gembalakanlah). Perhatikan ketika Yesus menyatakan kata “pelihara“ sebagai tanggung-jawab Petrus berhubungan dengan pertanyaan Yesus kepada Petrus yang pertama dan kedua. Implikasinya adalah Yesus tidak saja menginginkan keutamaan kasih kita kepadaNya namun kemudian ia juga menginginkan kita mengasihi orang-orang disekitar kita dengan menjaga atau memelihara mereka. Lalu Yesus tidak saja menginginkan kita mengetahui bahwa kasihNya tidak bergantung pada kasih kita, namun Ia juga mengingin- kan agar kita mengasihi orang-orang disekitar kita bukan dengan kasih kita namun kasihNya. Kemudian Berkaitan dengan pertanyaan Yesus kedua, kata “gembalakanlah“ yang menunjukkan peran kepemimpinan Petrus. Yesus tahu betul jiwa kepemimpinan Petrus baik dalam semangat- nya yang tinggi maupun sikapnya yang keras, namun itu belum cukup karena toh akhirnya Petrus menyangkali Yesus. Kita bisa saja seperti Petrus meluap-luap mengasihi Yesus, namun apakah dasar kita mengasihi Yesus disebabkan oleh kasihNya. Kita bisa saja percaya kepada Yesus karena mujizatNya, bahkan “membela“ Yesus atau agama namun apakah kita mengenal penyebab Yesus melakukanNya. Apakah kita mampu melihat seperti Yesus, yaitu ketika Ia ditolak, dikhianati, disangkali, dihina, sangat menderita bahkan mati di kayu salib merupakan tanda kasihNya kepada kita? Sehingga bukan saja karena kita diberkati, disembuhkan, namun ketika kita mendapati perlakuan yang hampir sama dengan perlakuan orang banyak pada Yesus, kita tetap percaya bahwa Yesus mengasihi kita. Inilah kasih Kristus yang patut dimiliki oleh Petrus dan kita semua. Kasih yang memimpin kita menjadi pemimpin yang mengasihiNya dan sesama dengan lebih dalam.
3. Ada harga yang harus dibayar (pengorbanan).
Pada puncaknya, peringatan ini mengarahkan kita bahwa ada harga yang harus dibayar dalam mengikut Dia. Ayat-ayat selanjutnya, setelah ayat 19, dinyatakan oleh Yesus dan ditegaskan oleh penulis kitab Yohanes bahwa Petrus akan membayar harga dengan nyawanya. Karena itu Yohanes juga menyatakan harga yang harus dibayar oleh umat percaya dalam I Yohanes 3:16 yang berbunyi, “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita."
Teladan Petrus
Petrus memberikan teladan bagi kita untuk berjalan menuju kesempurnaan dalam kasih meskipun ia pernah gagal. Kebangkitan untuk mengikut Yesus kembali merupakan teladan yang perlu dimiliki oleh kita
Teladan Yesus
Yesus memberikan teladan kasih terhadap orang-orang yang telah mengkhianati, menyangkali dan tidak mengakui keberadaanNya. Ia pernah mengalami keadan yang sama bahkan lebih parah dari keadaan yang kita pernah alami. Karena itu mampukah kita mengasihi orang yang sudah mengkhianati, menyangkali dan tidak mengakui keberadaan kita sama seperti apa yang dilakukan Yesus terhadap Petrus. Ketika kita gagal seperti Petrus ingatlah apa yang dinyatakan Yesus kepada Petrus, “Ikutlah Aku“

Apa Responsku?
Pertama, kita perlu bersyukur karena Tuhan mengingatkan kita bahwa Dia mengasihi kita ditengah ketidakberdayaan kita dalam mengasihiNya. Tuhan kita, Yesus memberi kesempatan ditengah kegagalan kita untuk mengasihi Dia.
Kedua, kita perlu berdoa dalam kebergantungan kepadaNya untuk dimampukan dalam mengasihi DIA dan memampu mengasihi sesama sama seperti Yesus yang mengasihi Petrus.
Ketiga, kita mengakui kegagalan-kegagalan dalam mengasihi tiap-tiap individu dalam hidup. Kita perlu mengakui bahwa kasihNYa lebih besar daripada penderitaan dan masalah yang kita alami. Kita akui kegagalan orang-orang terdekat kita (orang tua, anak, teman, saudara-saudara kita, bahkan orang yang paling kita benci) merupakan bagian dari kegagalan yang juga sering kali kita lakukan dihadapan Tuhan.
Keempat, langkah-langkah kongkrit yang perlu dibiasakan oleh kita ialah
1. Pilihlah kebenaran dalam kasih diatas kejahatan, kedengkian atas nama agama, politik, tekanan teman sebaya, orang terdekat, orang banyak, uang dan dosa.
2. Belajar mengasihi Yesus diatas pikiran, perasaan yang dipengaruhi oleh masalah-masalah dalam hidup anda.
3. Selalu renungkan pertanyaan Yesus kepada Petrus untuk memotivasi hidup anda dalam mengasihiNya dan sesama. “Ganti“ nama Petrus dengan nama anda sebagai refleksi dan bertanya kepada diri sendiri. Contohnya: John, apakah engkau mengasihiKu (Yesus)?
4. Ingatlah pangilan Tuhan kepada Petrus, “Ikutlah Aku“ ketika anda gagal mengashiNya dan sesama.
5. Bergantunglah kepada kasih Allah yang memampukan anda untuk mengasihiNya.
6. Selalu koreksi hidup kita tiap hari manakala ada orang yang sepatutnya mendapatkan pengampunan atau kasih dalam hidup kita.
7. Pastikan bahwa kasih kita penuh tanggungjawab untuk menjaga dan memelihara orang-orang disekitar kita, memimpin kita menjadi pemimpin yang bertangungjawab untuk mengasihi tiap-tiap pribadi.
8. Siap berkorban manakala kita diminta pertangungjawaban untuk membuktikan kasih Kristus di dalam diri kita melalui baik terhadap sesama, bahkan orang terdekat yang meninggalkan, mengkhianati dan menyangkal anda dan membenci anda.


Kepustakaan
LAI, Alkitab, 2001; TB, 2001
NIV, Bible, 1984
Greek NT, Nestle-Aland. (http://bibledatabase.net/html/greek_na/)
Bromiley, Geoffrey, edit. Theological Dictionary of the New Testament, Abridge in One Volume. G. Stahlin Love, p. 1264. William B. Eerdmans Publishing Company, reprinted 2003
Carson, D.A. The Gospel According to John. Grand Rapids, Michigan: Inter-varsity Press, 1991
Zodhiates, Spiros. The Complete Word study New Testament. Chattanooga: AMG Publishers, 1994
Zodhiates, Spiros. The Complete Dictionary of New Testament. Chattanooga: AMG Publishers, 1994
W. Hall Harris III , Th.M., Ph.D. Exegetical Commentary on John 21

No comments:

Post a Comment