Tuesday, February 9, 2010

KERJA : “BERKAT yang menggembirakan” atau “susahnya merasakan KUTUK”

KERJA :
“BERKAT yang menggembirakan”
atau “susahnya merasakan KUTUK”


Banyak orang Kristen merasa curiga bahwa kerja adalah lebih merupakan kutuk dari Allah, bukan berkat. Pandangan ini diperkuat dengan kenyataan bahwa orang lebih suka beranggapan bahwa kerja menempati posisi kedua setelah kegiatan-kegiatan rohani kita.
Apakah seseorang jadi lebih rohani ketika dia beribadah ketimbang waktu ia bekerja? Apakah kerja adalah kutukan ataukah berkat? Untuk menjawab pertanyaan ini maka kita harus memeriksa kitab suci untuk menemukan pandangan Allah tentang kerja dalam dunia yang telah jatuh ke dalam dosa.

Apa kata Perjanjian Lama tentang Kerja?
Dalam Perjanjian Lama kerja amat dihormati, khususnya pekerjaan keahlian dan kerja memiliki prinsip-prinsip yang amat menonjol:
1. Kerja adalah bagian yang utuh dari kehidupan. Kerja ditetapkan oleh Allah sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, Allah menetapkan bahwa kerja itu baik (Kejadian 2:15). Hal yang pertama sekali Allah berikan kepada manusia adalah tugas atau kerja! Sehingga kerja adalah bagian dari rencana Allah sejak awal mulanya.
2. Setiap orang harus bekerja. Dalam Keluaran 34:21, kerja adalah penekanan, sehingga kemalasan tidak dibenarkan.
3. Kerja keras memberikan kepuasan. Benarlah ungkapan yang menyatakan ”Hasil pekerjaan adalah makanan mata.”
4. Setiap pekerjaan yang halal patut di hormati. Kerja buruh (I Raja-Raja 57-18); Pekerjaan manual (Keluaran 36:1,2); Usaha Dagang/kepemimpinan (Daniel dan Musa); Usaha yang membutuhkan pikiran/ilmiah (Daniel).

Apa kata Perjanjian Baru tentang Kerja?
Dalam Perjanjian Baru kerja dilihat sebagai cara hidup yang normal bagi kehidupan setiap orang. Apa yang dikatakan dalam Perjanjian Lama lebih dikuatkan, dengan penekanan tambahan pada sikap orang yang bersangkutan terhadap kerjanya dan majikannya. Mari kita pertimbangkan beberapa hal dari Perjanjian Baru:
1. Tidak bekerja, tidak makan. Sebuah pernyataan keras dalam II Tesalonika 3:10 ditujukan untuk mereka yang memiliki kemampuan untuk bekerja namun tidak mendayagunakannya.
2. Cukupilah kebutuhan keluarga anda (I Timotius 5:8). Tanggung jawab besar bagi seorang Kristen harus mencukupi kebutuhan fisik keluarganya, bila tidak kesaksiannya akan runtuh dan yang paling penting harus diperhatikan di sini adalah tekanan yang dilakukan bukan pada kemewahan melainkan pada pemenuhan kebutuhan.
3. Jadilah pegawai yang taat dan penurut. Dalam Kolose 3:22 Rasul Paulus memerintahkan para hamba agar taat kepada tuan-tuan mereka.
4. Jadikanlah kesempurnaan tolok ukur pekerjaan anda. Yesus bekerja sebagai tukang kayu – tetapi dia bukan tukang kayu biasa, Dia Allah. Paulus bekerja sebagai tukang tenda – tetapi bukan tukang tenda biasa, dia rasul kepada orang-orang bukan Yahudi. Petrus bekerja sebagai nelayan – tetapi bukan nelayan biasa, dia menjadi rasul bagi orang-orang Yahudi.

Jadi berdasarkan pandangan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru maka kita bisa menyimpulkan bahwa alasan-alasan untuk bekerja adalah:
- Memuliakan Allah.
- Mencukupi kebutuhan keluarga kita.
- Menampilkan reputasi yang baik kepada dunia.

Dari pengertian tentang Kerja berdasarkan Perjanjian Lama dan Baru, satu hal lagi yang dituntut ialah Allah menginginkan kesempurnaan. Dia tidak menuntut anda menjadi seorang ”pekerja maha hebat” atau orang yang ”tidak mempunyai keterbatasan”; tetapi memang Dia menuntut anda melakukan yang terbaik yang dapat anda lakukan.

No comments:

Post a Comment