Reflkesi I.
PERNAK-PERNIK POHON TERANG
(Prong-prong Pohong Trang)
Narator : POHON TERANG atau POHON NATAL selalu ada di setiap Desember. Tanpanya, maka nama bulan ini seperti akan kehilangan tiga hurus di depan D E S dan hanya akan menjadi EMBER belaka.
POHON NATAL bisa menceriakan suasana, karena di sana tergantung PERNAK-PERNIK yang berkilauan. Kini, mereka boleh bersuara di hadapan kita. Apakah kita mau mendengarkan celoteh dari PERNAK-PERNIK atau DEKORASI Pohon ini????????????????????????????????????????????????????????
Boneka Santa : (Mengantuk, sambil memegang pinggang) Ooohaem..... ah sudah 11 bulan saya terbungkus di dalam kardus. Berdebu dan hanya dibiarkan bersama kanfer yang menyengat.
Bintang : Kamu seharusnya senang, karena walaupun hanya setahun sekali kita masih bisa terbebas dan bisa dinikmati orang.
Boneka Santa : senang bagimu yang tidak punya pinggang sedangkan saya harus terlipat dan tidak bisa bergerak.
Bintang : Hei lihat kita punya anggota baru lagi.
Lampu kecil : Ah, si pak gendut dan si tante cerewet. Saya adalah lampu kelap-kelip. Nama depanku kelap dan nama belakangku kelip. Saya baru dibeli dari toko dengan maksud supaya pohon ini boleh kelihatan cantik dan indah.
Boneka Santa : Hei, hei, nanti, nanti dulu. Sebelum kau terlalu menyanjung dirimu. Kau harus menunggu penilaian dari malaikat yang tempatnya selalu ada di pucuk Pohon Terang.
Lampu kecil : Ah kenapa begitu bukankah saya yang paling berpengaruh di sini. Pertama, saya yang melingkari seluruh pohon, kedua, karena saya maka pohon ini disebut Pohon Terang dan ketiga, karena saya, .................
Bintang : Karena saya tuan di rumah ini selalu mengeluarkan uang untuk membeli lampu baru karena pertama, lampu yang seperti akan ketinggalan zaman, kedua, lampu sepertimu cepat putus dan rusak dan ketiga, lampu sepertimu tidak akan membuat nyaman mata penghuni rumah ini.
Lampu kecil : Maksudmu...........?
Boneka : Ho, Ho, Ho, karena kamu tidak bisa menerangi kalau tuan rumah ini lagi duduk mengelilingi meja dan, dan sedang menjepit kartu pada jari-jarinya. Bisa, bisa kartu voucher dikira joker.
Bintang : Uang untuk membeli beras dikira uang untuk pasang taruhan. Eit sori, mulut saya salah.
Lampu kecil : Tapi kan saya bisa menjadi lampu remang-remang. Tuan kita pasti senang, karena dari luar orang hanya melihat rumah menjadi gelap dan yang ada hanya saya sedangkan tuan kita tidak terlihat kalau ia ada di bawah pohon.
Boneka : Memangnya sedang apa dia di sana?
Lampu kecil : ah mau tahu saja. Kamu tidak bisa mengerti karena dari dulu yang ada Santa Claus Cuma laki-laki jadi tidak Santi Claus.
Bintang : Ah jadi maksud tuan kita, tuan kita lagi gituan di bawah Pohon Terang? Dengan siapa? Bukankah isterinya lagi pulang kampung untuk mengurus batas-batas tanahnya?
Lampu kecil : Ah tak tahulah aku.
(Masuk seorang perempuan yang berpakaian rombeng)
Bintang : Hei lihat ada dekorasi baru,,,,,,,,, tapi sepertinya dia tidak cocok di taruh sebagai hiasan pada Pohon Terang.
Maria : Aku tidak baru. Aku baru saja dikeluarkan dari kardus untuk diletakan di bawah Pohon ini.
Lampu kecil : Ah betul kamu tidak cocok di gantung di atas. Kamu tidak cocok dengan Natal yang meriah. Nanti dikira kanebo tua yang tergantung.
Boneka Santa : Nanti dulu, sebelum cocok dan tidak cocok. Mari kita tunggu tante malaikat akan datang menilai kita. Apakah kita layak digantung di pohon ini atau tidak. Nah, itu dia datang.
Ayo semua berbaris !!!
Malaikat : Ooo hari yang melelahkan. Aku terus direpoti oleh bajuku. Sudah susah mencarinya di mall-mall yang ada, mahal-mahal pula harganya. Ah rasanya ingin aku membeli semuanya. Sayang aku hanya bisa memakai satu kalau sudah ada di pucuk Pohon Terang ini.
Boneka Santa : Tante malaikat. Kami semua sudah siap untuk menghiasi Pohon ini di natal tahun ini.
Malaikat : Oh, bagus, bagus. Om Santa apa kamu tidak terlalu gendut sekarang? Dan kamu Lampu kecil apakah semua lampumu bisa menyala dan bintang! Apakah kamu sudah digosok mengkilap? Daaan, ah siapa kamu ini? Perempuan kotor dan berbaju kumal?
Maria : Ah saya hanya seorang boneka perempuan yang nantinya akan diletakkan di bawah pohon bersama suami dan bayiku.
Malaikat : Tapi kamu tidak cocok ada di sini, apalagi untuk merayakan Natal. Natal itu harus meriah, mengkilap dan ceria. Sedangkan kamu, yaa paling-paling hanya akan merusak pemandangan.
Maria : Ya memang aku tidak cocok ada di sini. Biar saya ada di pojok saja. itu di sudut sana. Apalagi saya tidak tahan melihat sikap dari tuan kita yang hanya mementingkan kemeriahan Natal tanpa mau berubah untuk tidak lagi berteriak “ceqi” dan berkata “dorce cintaku, tenang saja tahun depan saya akan bercerai dan kita bisa menikah. Percayalah padaku! Masakan saya berbohong di bawah Pohon Terang?”
(Berlalu pergi)
Malaikat : Tapi tunggu, tunggu dulu. Saya tidak mendengar namamu tadi. Bukankah kamu Maria. Ah betul kamu Maria, ibu Yesus.
Ah teman-teman, ternyata kita sudah salah menilai orang. Ternyata di antara kita, dialah yang paling cocok dan berhak ada di sini. Karena dia kita boleh ada.
Kita mengkilap dan bercaya tetapi hati kita gelap. Dia kusam dan kotor tapi hatinya diliputi terang yang sesungguhnya.
Narator : Adakah TERANG di hati kita?
Adakah kita mau berubah untuk tidak melakukan dosa lagi?
Adakah hidup tidak berharga dan harus diisi dengan kemunafikan dan kesetiaan.
TERANG telah ada di dalam hati dan di antara kita. Biarlah TERANG itu selalu bercahaya!!!
Thursday, February 26, 2009
Refleksi PERNAK-PERNIK POHON TERANG
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment