Wednesday, August 4, 2010

Pro Kontra Harry Potter

Bagaikan suatu ritual rutin, setiap munculnya buku Harry Potter terbaru, yang biasanya diterbitkan setiap 16 Juli tepat pada hari Solstice dimana waktu malam lebih lama dari siang di belahan bumi Eropa, selalu ada perdebatan didalam kalangan religius sendiri mengenai buku tersebut. Topik-topik di forum berbasis religius yang membahas Harry Potter selalu mendapatkan reply yang panjang samapi berhalaman-halaman.

Pihak yang pro-Harry Potter mengatakan bahwa buku tersebut tidak lebih dari sekedar fantasi bagi anak-anak dan mereka (anak-anak) tahu mana yang nyata dan mana yang fantasi. Pihak yang kontra mengatakan bahwa dunia sihir Harry Potter membuat pembaca (anak-anak) menjadi tertarik dan ditakutkan kalau-kalau mereka ini nanti terjerumus kedalam praktek okultisme yang jelas-jelas bertentangan dengan iman Kristen.


Argumen-argumen yang dilontarkan oleh kaum religius yang pro dan kontra Harry Potter pun cukup bervariatif. Sebagai contoh:


Pro Harry Potter
- Sihir di Harry Potter dipaparkan lebih ilmiah dan jauh dari rujukan ke kuasa-kuasa kegelapan

- Sihir di Harry Potter tidak lebih “menjerumuskan” daripada sihir-sihir di Lord of The Rings karangan J.R.R Tolkien, seorang pengarang Katolik, yang sangat dihargai oleh hampir semua kaum religius

- Unsur fantasi dari sihir di Harry Potter yang kental membuat pembaca dengan mudah tidak merasa bahwa apa yang ada di buku adalah kenyataan.

- Buku ini menarik minat anak untuk membaca yang semakin langka di jaman ini.

- Cerita di buku Harry Potter adalah tentang yang baik yang mengalahkan yang jahat.

- Sedikit nasihat orang tua mampu mengarahkan pikiran anak yang membaca supaya tidak terjerumus

- etc


Kontra Harry Potter
- Sihir dan keajaiban di Harry Potter mendapatkan referensinya dari praktek-praktek okultisme. Seperti cara meramu ramuan-ramuan, binatang-binatang dari mitos-mitos etc.

- Sihir di Harry Potter sama sekali tidak sama dengan sihir di Lord of The Rings karena sihir di Lord of The Rings jarang digunakan dan tidak dipaparkan secara mendetail seperti di Harry Potter

- Dijaman informasi dan internet ini, anak yang ingin tahu akan mudah mendapat akses tentang ilmu sihir dan okultisme di Internet yang belakangan ini menjamur. Ini akan dengan mudah menjerumuskan anak yang lugu

- Harry Potter mengajarkan anak untuk bersifat mencari jalan pintas dengan menggunakan sihir

- etc


Namun baru baru ini ada perkembangan menarik, yaitu adanya berita yang betrerbangan di dunia maya dan juga di media massa tertentu bahwa Bapa Suci Paus Benedictus XVII mengecam buku Harry Potter. Berita ini dipicu oleh dua surat balasan Bapa Suci, saat dia masih menjabat sebagai prefek dari Kongregasi Ajaran Iman (Cogregaton of Doctrine of the Faith) terhadap satu pengarang Jerman yang menerbitkan buku yang mengktritk novel Harry Potter. Berikut isi surat tersebut:

Quote:
Joseph Cardinal Ratzinger
Vatican City
March 7, 2003
Esteemed and dear Ms. Kuby!
Many thanks for your kind letter of February 20th and the informative book which you sent me in the same mail. It is good, that you enlighten people about Harry Potter, because those are subtle seductions, which act unnoticed and by this deeply distort Christianity in the soul, before it can grow properly.
I would like to suggest that you write to Mr. Peter Fleedwood, (Pontifical Council of Culture, Piazza S. Calisto 16, I00153 Rome) directly and to send him your book.
Sincere Greetings and Blessings,
+ Joseph Cardinal Ratzinger
=======================
Joseph Cardinal Ratzinger
Vatican City
May 27, 2003
Esteemed and dear Ms. Kuby,

Somehow your letter got buried in the large pile of name-day , birthday and Easter mail. Finally this pile is taken care of, so that I can gladly allow you to refer to my judgment about Harry Potter.
Sincere Greetings and Blessings,
+ Joseph Cardinal Ratzinger


Terjemahan:
Quote:
Joseph Cardinal Ratzinger
Vatican City
March 7, 2003

Esteemed and dear Ms. Kuby!

Banyak terima kasih terhadap surat baik anda pada 20 Februari dan buku yang informatif yang telah anda kirim kepadaku berikut dengan surat tersebut. Adalah baik bahwa anda memberikan penerangan terhadap orang-orang mengenai Harry Potter, karena hal-hal tersebut adalah bujukan yang halus yang beraksi secara tidak diketahui dan karenya sangat mengganggu Kristianitas dalam jiwa sebelum [Kritianitas dalam jiwa tersebut] bisa tumbuh dengan baik.

Aku menganjurkan anda untuk menulis kepada Tuan Peter Fleedwood, (Pontifical Council of Culture, Piazza S. Calisto 16, I00153 Rome) secara langsung dan mengirimkannya buku anda.

Salam dan berkat tulus,

+ Joseph Cardinal Ratzinger

=======================

Joseph Cardinal Ratzinger
Vatican City
May 27, 2003

Esteemed and dear Ms. Kuby,

Atas satu-dua alasan surat anda terpendam dalam tumpukan surat nama-hari, hari lahir dan Paskah. Akhirnya aku telah membereskan tumpukan ini sehingga aku dengan senang hati mengijinkan anda untuk merujuk pada keputusanku atas Harry Potter.
Salam dan berkat tulus,

+ Joseph Cardinal Ratzinger

Tampaknya Kuby, yang adalah seorang wanita Jerman pengarang buku anti-Harry Potter, mengirimkan surat kepada Cardinal Ratzinger beserta dengan bukunya dan kemudian dibalas oleh sang Kardinal. Dan setelah itu Kuby mengirimkan surat lagi untuk meminta ijin merujuk pada surat Kardinal Ratzinger pertama kepadanya sebagai semacam dukungan terhadap sikap kontra Harry Potter.


Jimmy Akin, Chief Apologist dari Catholic Answer (Catholic.com), di blog-nya, dimana aku mendapat kopi dari surat tersebut, menekankan pada apa yang TIDAK DITULIS oleh Kardinal Ratzinger:

1. Kardinal Ratzinger TIDAK mengatakan bahwa SIAPAPUN tidak boleh membaca Harry Potter
2. Kardinal Ratzinger TIDAK mengatakan bahwa mereka yang teguh imannya tidak boleh membaca Harry Potter
3. Kardinal Ratzinger TIDAK mengatakan bahwa orang muda umur tertentu tidak boleh membacanya bila orang tua mereka membantu dalam menjelaskan hal-hal yang problematis


Jimmy Akin juga bersasumsi bahwa Cardial Ratzinger saat itu tidak membaca langsung buku Harry Potter sendiri, tapi mungkin hanya membaca cepat buku anti Harry Potter karangan Kuby. Asumsi ini cukup beralasan mengingat betapa sibuknya seorang Kardinal Ratzinger.


Dan patut diingat juga bahwa apa yang ditulis Cardinal Ratzinger tersebut bukanlah suatu keputusan yang otoritatif ataupun bahkan infallible (saat dia membuat keputusan tersebut dia bukan Paus, plus buku Harry Potter tidak termasuk dalam rubrik kuasa infallibilitas).


Pendapat DeusVult pribadi:
Aku cukup menikmati buku Harry Potter sejak seri pertama. Bacaan ini cukup ringan untuk dibaca dan exciting untuk diikuti. Karena aku cukup yakin akan iman yang Katolik dan Apostolik, Aku sama sekali tidak khawatir akan pernah terpengaruh sedikitpun oleh Harry Potter. Terlebih aku merasa bahwa dunia sihir yang dijadikan setting di buku tersebut merupakan dunia sihir dari sudut pandang budaya barat. So it’s a bit hard for a person like me, yang tidak dibesarkan oleh budaya barat, to relate to the book.

Jika aku mempunyai anak kecil apakah aku akan mengijinkan mereka membaca buku Harry Potter? Mungkin tidak sebelum aku benar-benar yakin kalau anakku sama sekali tidak akan terpengaruh.

No comments:

Post a Comment