Thursday, June 24, 2010

Memahami Psikologi Anak (4)

Metode Mengajar
Guru dan orang tua yang bijaksana akan mengajar dan mendidik anaknya dengan cara yang paling sesuai dengan keunikan anak. Sebab itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui kebutuhan anak pada setiap tahap perkembangannya. Seorang tokoh psikologi perkembangan kognitif bernama Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.



Selain itu, Piaget juga menganggap bahwa belajar adalah proses yang aktif dimana seorang anak berinteraksi dengan lingkungannya untuk memecahkan atau mengatasi persoalannya. Anak bereksplorasi dan menjelajahi dunianya untuk menemukan pengetahuan demi pengetahuan. Pada awalnya proses berpikir anak sangat sederhana. Namun, semakin lama semakin kompleks.
Oleh karena itu, menurut Piaget, tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan kepada anak, melainkan mencarikan, menunjukkan atau memberikan saran yang merangsang minat anak untuk menemukan pengetahuan guna memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Tugas ini kelihatannya sederhana, namun sesungguhnya bukanlah tugas yang mudah.
Jadi tidak ada cara atau metode yang lebih baik yang sesuai untuk semua anak. Metode tertentu sesuai untuk anak 3 tahun, namun tidak tepat untuk remaja. Dengan demikian, kita perlu mencermati metode mengajar yang sesuai untuk setiap tahap perkembangan anak.
.Metode Mengajar
Batita (< 3 tahun) Anak usia dibawah 3 tahun tidak tahan diam terlalu lama. Masa bercerita 3 - 5 menit sudah cukup. Kegiatan cerita sebaiknya menggunakan kata-kata sederhana dan sarana audio-visual yang menarik bagi anak karena anak hanya bisa mempelajari sesuatu secara nyata, konkrit, dapat dilihat dan dipegang. Cerita bisa diulangi beberapa kali supaya lebih dipahami. Ciptakan suasana yang aman, ramah dan penuh kasih bagi anak. Guru sebaiknya tidak berganti-ganti agar anak tidak merasa asing. Usahakan agar anak bisa mengenal dan mempercayai guru. Pra-sekolah (3 - 5 tahun) Untuk usia ini, seorang anak masih sukar untuk duduk tenang dalam waktu yang lama, namun sudah bisa lebih lama mendengar cerita (5-10 menit). Gunakan bahasa yang sederhana supaya mudah dipahami. Jangan cerita hal-hal yang menakutkan anak. Mereka mulai dapat menguasai gerakan jari tangannya sehingga dapat memegang pinsil dan membuat pekerjaan tangan seperti melipat, menggunting serta menempel. Mereka juga menyukai gerakan. Ajarkan lagu dengan gerakan akan sangat disukai. Anak Kecil (6 - 8 tahun) Anak usia 6-8 tahun menyukai permainan dalam kelompok. Guru perlu membimbing anak untuk mengembangkan rasa persahabatan diantara anak-anak. Ajarkan anak untuk belajar bekerjasama dan saling berbagi. Tekankan pelajaran tentang kasih sayang terhadap sesama dan mahluk ciptaan Tuhan. Berikan pujian dan dorongan untuk perbuatan-perbuatan yang positif. Ciri khas anak usia ini adalah berkembangnya konsep; walaupun masih sulit memahami kata-kata yang abstrak. Dengan demikian, anak sudah lebih mampu mengerti keselamatan dan iman. Mereka perlu didorong untuk menghafal ayat Alkitab dan membaca buku rohani karena sudah mulai dapat membaca. Selain itu, anak juga senang mendengarkan pengalaman nyata seperti kesaksian. Anak sedang (9 - 11 tahun) Anak umur 9-11 tahun menyukai aktifitas bersama di tempat terbuka terutama dengan teman sejenis. Mereka juga menyukai diskusi kelompok dan perlombaan seperti kuis Alkitab. Anak usia ini biasanya senang bergurau dan mengumpulkan koleksi benda-benda. Mereka penuh daya kreatif. Oleh karena itu, daya pikir mereka sudah lebih berkembang. Dengan demikian, guru perlu melengkapi agar dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Anak-anak dapat diceritakan mengenai tokoh Alkitab maupun tokoh rohani. Guru bisa membicarakan dan mendiskusikan hal keselamatan secara lebih mendalam. Hal lain yang penting yaitu guru perlu mendorong anak-anak untuk bersaat teduh dan mengembangkan hobi yang positif. Anak Besar (12-14 tahun) Kelompok ini biasanya disebut remaja awal. Remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masalah besar yang harus dihadapi adalah krisis identitas. Untuk membantu mereka mengatasi krisis ini ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat. Guru jangan menempatkan diri sebagai orang dewasa yang lebih tahu, melainkan ambillah peran sebagai teman bagi mereka. Gunakan metode kreatif. Tidak memonopoli, melainkan melibatkan. Tidak menyuap, melainkan merangsang nafsu makan. Tidak menggurui, melainkan mendampingi. Dalam pengajaran di kelas, buatlah awal yang menarik, penggalian firman Tuhan, menghubungkan firman Tuhan dengan hal praktis masa kini. Akhirnya doronglah mereka untuk menerapkan firman Tuhan. Dengan semakin berkembangnya daya pikir, mereka menjadi sangat kritis. Oleh karena itu mereka cenderung suka mengkritik, walaupun mereka sendiri tidak suka dikritik. Perbuatan akan berbicara jauh lebih keras daripada kata-kata yang diucapkan. Dengan demikian berilah teladan yang baik bagi mereka. Tuhan Memberkati. Makalah dibawakan oleh Bpk. Theo Kurniadi S.Psi pada acara Pembinaan Calon Guru Sekolah Minggu Klasis Jakarta Timur - GKI Jawa Barat. Maret 2000.

No comments:

Post a Comment